Seekor burung kecil merintih kesakitan
Darah menyelimuti sayapnya yang mungil
Tertatih ia berusaha terbang
Namun tak kunjung terbang
Sepasang tangan hangat memungutnya dari tanah
Menatap penuh kasihan terhadapnya
Merawat sayapnya yang patah di dalam sangkar yang sengaja dibuat untuk sang burung
Penuh kasih sayang dan kelembutan
Suatu hari,
Sayap sang burung telah bisa dikepakkan
Dia sembuh
Tangan yang hangat itu pun membukakan pintu sangkarnya
Sang burung tergoda untuk keluar
Ingin segera mencoba sayapnya yang telah sembuh
Ia terbang dengan riangnya
Menyentuh awan
Memberi salam pada angin
Mengitari laut yang luas
Puas ia pun kembali ke sangkar
Namun sayang pintu sangkar itu telah tertutup rapat
dan tak pernah lagi dibuka.
Bandung,
Sunday, July 10, 2011 at 12:27am
Undefined.Word
"terkadang kata yang tidak dapat diucapkan oleh mulut, dapat ditulis dengan indah oleh tangan"
Wednesday 28 September 2011
Tuesday 10 May 2011
Daging Busuk
Sebongkah daging busuk tergeletak
Di ujung jalan kenistaan
Bermandikan lumpur cercaan
Mengeluarkan aroma penghinaan
Tak ada yang peduli
Mereka hanya memandang dengan jijik lalu pergi
Bahkan ada yang meludahi
Cuih!
Menjijikkan!
Ia memberontak menolak penghinaan
Berteriak selantang mungkin
Tidak!
Jangan!
Namun tak ada yang peduli
Tak ada yang mendengarkan
Tak ada yang kasihan
Karna kau busuk lagi menjijikkan!
Ya…
Jatinangor, 10 Mei 2011
02.15 WIB
Di ujung jalan kenistaan
Bermandikan lumpur cercaan
Mengeluarkan aroma penghinaan
Tak ada yang peduli
Mereka hanya memandang dengan jijik lalu pergi
Bahkan ada yang meludahi
Cuih!
Menjijikkan!
Ia memberontak menolak penghinaan
Berteriak selantang mungkin
Tidak!
Jangan!
Namun tak ada yang peduli
Tak ada yang mendengarkan
Tak ada yang kasihan
Karna kau busuk lagi menjijikkan!
Ya…
Jatinangor, 10 Mei 2011
02.15 WIB
Sunday 8 May 2011
Senja di Beranda
Seorang wanita tua duduk di beranda dengan secangkir teh
Menatap kosong pada langit yang menguning
Melambai pada matahari yang hendak pergi
Sesekali bibir kecil berkerut menengguk teh perlahan
Tangan gemetar membuat teh berserakan
Mata penat yang sayu itu berbalik menatap pagar kayu lapuk
Terkunci rapat berkarat berlumut
Kemana dia?
Kenapa tidak kembali?
Anakku!
Dimana?
Kemana?
Anakku sayang!
Pulanglah nak…
Dia berharap sang anak kembali
Membuka pagar kayu yang lapuk
Berlari kearahnya
Mencium kedua tangan dan kakinya
Merindukan pelukan erat hangat
Dia terus menunggu hingga senja
Besok dan besoknya
Dia menunggu karna dia rindu
Jatinangor, 8 Mei 2011
01.36 WIB
Menatap kosong pada langit yang menguning
Melambai pada matahari yang hendak pergi
Sesekali bibir kecil berkerut menengguk teh perlahan
Tangan gemetar membuat teh berserakan
Mata penat yang sayu itu berbalik menatap pagar kayu lapuk
Terkunci rapat berkarat berlumut
Kemana dia?
Kenapa tidak kembali?
Anakku!
Dimana?
Kemana?
Anakku sayang!
Pulanglah nak…
Dia berharap sang anak kembali
Membuka pagar kayu yang lapuk
Berlari kearahnya
Mencium kedua tangan dan kakinya
Merindukan pelukan erat hangat
Dia terus menunggu hingga senja
Besok dan besoknya
Dia menunggu karna dia rindu
Jatinangor, 8 Mei 2011
01.36 WIB
Thursday 5 May 2011
Kado Sederhana Untuk Sahabat
Bagiku sahabat adalah selalu memberi semangat disaat-saat yang berat
Bagiku sahabat adalah selalu memberi ketenangan disaat-saat yang kacau
Bagiku sahabat adalah selalu memberi senyuman dan tawa disaat-saat bahagia
Bagiku sahabat adalah selalu ada disaat kau membutuhkannya
Bagiku sahabat adalah selalu punya waktu untuk mendengarkan keluh kesahmu
Bagiku sahabat adalah selalu bisa membuat kau tertawa disaat kau menangis
Bagiku sahabat adalah selalu bisa membuat kau nyaman berada disampingnya
Bagiku sahabat adalah selalu tidak bisa menjadi orang lain didepanmu
Bagiku sahabat adalah selalu tidak bisa menyembunyikan apapun darimu
Bagiku sahabat adalah selalu ada di dalam hatiku dan akan terus ada
Dan
Bagiku kau adalah sahabatku
Selamat ulangtahun Sahabatku!
Dedicated for: Mela Permata Erza
Jatinangor, 5 Mei 2011
02.43 WIB
Otakku Di Suatu Malam
Sesaat termenung
Pada malam menjelang pagi
Mata tak kunjung juga redup
Otak masih juga berpikir
Tak henti-hentinya memberikan argumen
Beginilah…
Begitulah…
Tak kunjung menarik sebuah kesimpulan
Kesal dengan otak sendiri
Ayolah …
Tarik sebuah kesimpulan
Tidakkah jenuh hanya berargumen tanpa menarik kesimpulan?
Aneh…
Aku tidak bisa mengendalikan kerja otak
Liar, otakku liar malam ini
Tidak memperdulikan tubuhku yang penat
Hei, sudahlah…
Tolong hentikan!
Aku ingin tidur!
Jatinangor, 5 mei 2011
02.13 WIB
Pada malam menjelang pagi
Mata tak kunjung juga redup
Otak masih juga berpikir
Tak henti-hentinya memberikan argumen
Beginilah…
Begitulah…
Tak kunjung menarik sebuah kesimpulan
Kesal dengan otak sendiri
Ayolah …
Tarik sebuah kesimpulan
Tidakkah jenuh hanya berargumen tanpa menarik kesimpulan?
Aneh…
Aku tidak bisa mengendalikan kerja otak
Liar, otakku liar malam ini
Tidak memperdulikan tubuhku yang penat
Hei, sudahlah…
Tolong hentikan!
Aku ingin tidur!
Jatinangor, 5 mei 2011
02.13 WIB
Subscribe to:
Posts (Atom)